SELAMAT DATANG.


Ingin ikut menulis diblog ini, sertakan alamat email Anda.
Artikel Anda akan diupload di blog ini.
Terima Kasih telah berkunjung.

(Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, "Orang yang menyantuni janda dan orang miskin adalah bagaikan orang yang berjihad fi sabilillah bahkan seperti orang yang tidak pernah berhenti puasa dan bagun shalat malam."
(Bukhari - Muslim)
"


Minggu, 11 Desember 2011

Kehidupan Nabi Ibrahim menurut Al Qur'an dan Perjanjina Lama


Berikut ini ayat Al-Qur'an yang menerangkan mengenai NABI IBRAHIM as

“Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang yang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad) serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang yang beriman.”
(QS. Ali ‘Imran, 3: 67-68) !

 Kehidupan Nabi Ibrahim as (yahudi & nasrani menyebutnya Abraham) sering disebutkan di dalam Al Quran dan mendapat tempat yang istimewa di sisi Allah sebagai contoh bagi ummat manusia. nabi Ibrahim as menyampaikan risalah Allah kepada umatnya yang menyembah berhala, dan mengingatkan mereka agar takut kepada Allah. Kaum Ibrahim tidak mendengarkan peringatan itu, bahkan menentangnya. Ketika penindasan kaumnya meningkat, Ibrahim terpaksa menyingkir bersama istrinya, Nabi Luth, dan beberapa orang pengikut. Ibrahim adalah keturunan Nabi Nuh as. Sebagaimana diterangkan di dalam Al Quran bahwa dia mengikuti ajaran Nabi Nuh as.

 “Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam. Sesungguh-nya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman. Kemudian Kami tenggelamkan orang-orang yang lain. Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golong-annya (Nuh).” (QS. Ash-Shaaffaat, 37: 79-83) !

 Pada masa Nabi Ibrahim as, banyak orang yang menghuni dataran Mesopotamia bagian Tengah dan Timur Anatolia menyembah langit dan bintang-bintang. Dewa yang terpenting adalah “Sin”, sang dewa bulan. Ia digambarkan sebagai sesosok manusia berjenggot panjang, memakai pa-kaian panjang bergambar bulan sabit. Mereka juga membuat gambar-gambar timbul dan patung-patung dari tuhan mereka dan menyembah-nya. Inilah sistem kepercayaan yang berkembang subur di Timur Dekat, dan keberadaannya terpelihara lama. Penduduk wilayah ini terus me-nyembah tuhan-tuhan tersebut hingga sekitar tahun 600 M. Akibat-nya, di daerah yang membentang dari Mesopotamia hingga ke kedalaman Anatolia, banyak terdapat bangunan yang dikenal sebagai “zigurat”, yang digunakan sebagai pengamat bintang sekaligus kuil peribadatan, dan di sinilah beberapa tuhan, terutama dewa bulan yang bernama “Sin” disembah12.
 Bentuk kepercayaan ini, sekarang hanya dapat ditemukan dalam penggalian arkeologis. Sebagaimana disebutkan dalam Al Quran, Ibra-him menolak penyembahan tuhan-tuhan tersebut dan menyembah Allah semata, satu-satunya Tuhan yang sebenarnya. Jalan hidup Nabi Ibrahim as dikisahkan dalam Al-Qur'an sebagai berikut :

 “Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda ke-agungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami mem-perlihatkannya) agar dia termasuk orang-orang yang yakin.
 Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”.
 Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata: “Inilah tuhanku.” Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesung-guhnya jika Tuhanku tidak memberikan petunjuk kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”.
 Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah tuhanku, ini lebih besar”, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
 Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang mencip-takan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang memperseku-tukan Tuhan.” (QS. Al An’aam, 6: 74-79) !

 Dalam Al Quran, tempat kelahiran Ibrahim dan tempat tinggalnya tidak disebutkan secara detail. Tetapi diisyaratkan bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Luth hidup berdekatan dan sezaman, dengan fakta bahwa malaikat yang diutus kepada kaum Luth mendatangi Ibrahim dan mem-beri kabar gembira kepada istrinya tentang kelahiran seorang bayi laki-laki, sebelum mereka melanjutkan perjalanan menuju Nabi Luth.

 Hal penting tentang Nabi Ibrahim dalam Al Quran yang tidak disebutkan dalam Perjanjian Lama adalah tentang pembangunan Ka’bah. Dalam Al Quran, kita diberi tahu bahwa Ka’bah dibangun oleh Ibrahim dan putranya Ismail. Sekarang ini, satu-satunya hal yang diketahui oleh ahli sejarah tentang Ka’bah adalah bahwa Ka’bah merupakan tempat suci sejak dahulu sekali. Adapun penempatan berhala-berhala dalam Ka’bah semasa jahiliyah sebelum diutusnya Nabi Muhammad merupakan akibat dari kemunduran dan penyimpangan atas agama suci ilahi yang pernah diwahyukan kepada Nabi Ibrahim.

Nabi Ibrahim dalam Perjanjian Lama

 Perjanjian Lama kemungkinan besar merupakan sumber paling deta-il tentang Ibrahim, meskipun banyak di antaranya mungkin tidak dapat dipercaya. Menurut penuturan Perjanjian Lama, Ibrahim lahir sekitar 1900 SM di kota Ur, salah satu kota terpenting saat itu, yang berlokasi di tenggara dataran Mesopotamia. Pada saat lahir, ia belum bernama “Abra-ham”, tetapi “Abram”. Namanya kemudian diubah oleh Tuhan (Yahweh).
 Pada suatu hari, menurut Perjanjian Lama, Tuhan menyuruh Ibrahim mengadakan perjalanan meninggalkan negeri dan kaumnya, menuju suatu negeri yang tidak pasti dan memulai sebuah masyarakat baru di sa-na. Abram, saat itu berusia 75 tahun, mematuhi panggilan itu dan melaku-kan perjalanan bersama istrinya yang mandul yang bernama Sarai – kemudian dikenal sebagai “Sarah”, yang berarti putri raja – dan Luth, putra saudaranya. Dalam perjalanan menuju ke “Tanah Terpilih” mereka singgah sebentar di Harran dan kemudian melanjutkan perjalanan. Keti-ka sampai di tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan kepada mereka, mere-ka diberi tahu bahwa tempat tersebut dipilihkan khusus dan dianugerah-kan buat mereka. Ketika mencapai usia 99 tahun, Abram membuat perjan-jian dengan Tuhan dan namanya diubah menjadi Abraham. Dia mening-gal pada usia 175 tahun dan dikebumikan dalam gua Machpelah dekat kota Hebron (Al Khalil) di Tepi Barat, yang saat ini berada di bawah pendudukan Israel. Tanah yang dibeli Ibrahim dengan sejumlah uang tersebut merupakan milik pertama ia dan keluarganya di Tanah yang Dijanjikan itu.

Tempat Kelahiran Ibrahim Menurut Perjanjian Lama

Di mana Ibrahim dilahirkan senantiasa menjadi perdebatan. Semen-tara orang Nasrani dan Yahudi menyatakan bahwa Ibrahim dilahirkan di Selatan Mesopotamia, pemikiran yang lazim dalam dunia Islam adalah bahwa tempat kelahirannya berada di sekitar Urfa-Harran. Beberapa penemuan baru menunjukkan bahwa pendapat kaum Yahudi dan Nas-rani tidaklah mencerminkan kebenaran yang seutuhnya.
 Orang Yahudi dan Nasrani menyandarkan pendapat mereka pada Perjanjian Lama, karena di dalamnya Ibrahim dikatakan telah dilahirkan di kota Ur sebelah selatan Mesopotamia. Setelah lahir dan dibesarkan di kota ini, Ibrahim diceritakan menempuh perjalanan menuju Mesir, dan mencapainya setelah perjalanan panjang yang melewati wilayah Harran di Turki.
 Namun, sebuah manuskrip Perjanjian Lama yang ditemukan baru-baru ini, telah memunculkan keraguan yang serius tentang kesahihan informasi di atas. Dalam manuskrip berbahasa Yunani dari sekitar abad ketiga SM ini, yang dianggap sebagai salinan tertua dari Perjanjian Lama yang pernah ditemukan, “Ur” tidak pernah disebutkan. Hari ini banyak peneliti Perjanjian Lama yang menyatakan bahwa kata “Ur” tidak akurat atau merupakan tambahan belakangan. Ini berarti Ibrahim tidak dilahir-kan di kota Ur dan mungkin juga tidak pernah berada di wilayah Meso-potamia sepanjang hidupnya.
 Di samping itu, nama-nama beberapa tempat, serta daerah yang di-tunjukkannya, telah berubah karena perkembangan zaman. Saat ini, dataran Mesopotamia umumnya merujuk kepada tepi selatan daratan Irak, di antara sungai Eufrat dan Tigris. Namun, dua alaf silam, daerah Mesopotamia menunjuk sebuah daerah lebih ke utara, bahkan hingga sejauh Harran, dan membentang ke daerah Turki saat ini. Oleh karena itu, sekalipun kita menerima ungkapan “dataran Mesopotamia” dalam Perjanjian Lama, tetap saja keliru jika menganggap Mesopotamia dua alaf yang lalu dan Mesopotamia hari ini sebagi tempat yang persis sama.
 Bahkan jika ada keraguan serius dan ketidaksepakatan tentang kota Ur sebagai tempat kelahiran Ibrahim, terdapat sebuah persetujuan ber-sama tentang fakta bahwa Harran dan daerah sekitarnya merupakan tempat tinggal Nabi Ibrahim. Lebih dari itu, penelitian singkat terhadap isi Perjanjian Lama sendiri memunculkan beberapa informasi yang men-dukung pandangan bahwa tempat kelahiran Nabi Ibrahim adalah Harran. Misalnya, dalam Perjanjian Lama, daerah Harran ditunjuk seba-gai “daerah Aram” (Kejadian, 11: 31 dan 28: 10). Disebutkan bahwa mereka yang berasal dari keluarga Ibrahim adalah “anak-anak dari se-orang Arami” (Deutoronomi, 26: 5). Penyebutan Ibrahim sebagai “se-orang Arami” menunjukkan bahwa ia hidup di daerah ini.
 Dalam berbagai sumber Islam, terdapat bukti kuat bahwa tempat kela-hiran Ibrahim adalah Harran dan Urfa. Di Urfa yang disebut dengan “kota para nabi” terdapat banyak cerita dan legenda tentang Ibrahim. 

Mengapa Perjanjian Lama Diubah?

Perjanjian Lama dan Al Quran tampaknya hampir-hampir meng-gambarkan dua orang sosok nabi yang berbeda, bernama Abraham dan Ibrahim. Dalam Al Quran, Ibrahim diutus sebagai rasul bagi suatu kaum penyembah berhala. Kaum Ibrahim menyembah langit, bintang-bintang dan bulan, serta berbagai berhala. Dia berjuang melawan kaumnya, men-coba membuat mereka meninggalkan kepercayaan-kepercayaan takhyul, dan tidak terhindarkan, membangkitkan permusuhan dari seluruh ka-umnya, termasuk ayahnya sendiri.
 Ternyata, tidak ada satu pun dari hal di atas diceritakan dalam Per-janjian Lama. Dilemparkannya Ibrahim ke dalam api, penghancuran ber-hala-berhala kaumnya, tidak disebutkan dalam Perjanjian Lama. Secara umum Ibrahim digambarkan sebagai nenek moyang bangsa Yahudi da-lam Perjanjian Lama. Nyatalah bahwa pandangan dalam Perjanjian Lama ini dibuat oleh para pemimpin bangsa Yahudi yang berusaha mengang-kat konsep “ras” ke permukaan. Bangsa Yahudi percaya bahwa mereka adalah kaum yang dipilih Tuhan untuk selama-nya dan diberi keunggul-an. Mereka dengan sengaja dan penuh hasrat mengubah kitab suci me-reka dan membuat berbagai penambahan serta pengurangan berdasar-kan keyakinan ini. Inilah sebabnya mengapa Ibrahim digambarkan sebagai nenek moyang bangsa Yahudi belaka dalam Perjanjian Lama.
 Orang Nasrani yang mempercayai Perjanjian Lama, menganggap Ibrahim sebagai nenek moyang bangsa Yahudi, namun dengan satu per-bedaan: Menurut mereka, Ibrahim bukanlah seorang Yahudi melainkan seorang Nasrani. Orang Nasrani yang tidak begitu memperhatikan kon-sep ras sebagaimana Yahudi, mempertahankan pandangan ini dan hal tersebut menjadi salah satu penyebab perbedaan dan pertentangan di antara kedua agama ini. Allah memberi penjelasan atas perdebatan terse-but dalam Al Quran sebagai berikut :
 “Hai ahli kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?
 Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah-membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah dalam hal yang tidak kamu ketahui; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
 Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang yang musyrik.
 Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad) serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.” (QS. Ali ‘Imran , 3: 65-68) ! 
Dalam Al Quran, sangat berbeda dengan yang ditulis dalam Per-janjian Lama, Ibrahim adalah seseorang yang memperingatkan kaumnya agar mereka takut kepada Allah, serta berjuang melawan mereka karena itu. Sejak masa mudanya, ia memperingatkan kaumnya yang menyem-bah berhala-berhala, agar menghentikan perbuatan itu. Sebagai balasan, mereka berupaya membunuh Ibrahim. Setelah terhindar dari kejahatan kaumnya, maka Ibrahim akhirnya berimigrasi.
Pada masa Nabi Ibrahim, agama politheisme menyebar di wilayah Mesopotamia. Sang Dewa Bulan “Sin”, merupakan salah satu berhala yang paling penting. Orang-orang membuat patung dari tuhan-tuhan mereka dan menyembahnya. Di atas tampak patung Sin. Bentuk bulan sabit terlihat jelas pada dada patung tersebut.
Zigurat, yang digunakan baik sebagai kuil atau tempat pengamatan bintang, merupakan bangunan yang dibuat dengan teknik paling maju pada masa itu. Bintang, bulan, dan matahari menjadi objek utama penyembahan, dan karenanya, langit merupakan hal sangat penting. Di sebelah kiri dan bawah adalah zigurat utama bangsa Mesopotamia.

Sumber :
http://dhymas.wordpress.com

"Subhanallah wabihamdihi, subhanakallahumma wabihamdika, Asyhadualla ilaha illa anta, astagfiruka wa atubu ilaik".

Next article : Kisah Nabi Ibrahim dan Raja Namrud

2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...